Misteri Piramida Mesir masih belum
terungkap semuanya. Bagaimana cara membangun piramida dan maksud dari
pembuatannya. Artikel berikut membahas tentang sejarah dan misteri Piramida
Mesir yang fenomenal itu.
Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya?
Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan.Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.
Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya?
Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan.Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.
Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan
Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun,
menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan
Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal
zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri
secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir
kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah
besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para
pendahulu.
Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling
dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon
katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani
tersebut menggunakan kalimat “konon katanya”, maksudnya bahwa kebenarannya
perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut
malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida
didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah
makam raja. Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam
benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap.
Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah
Al-Ma’mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke
piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang
terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda
yang biasanya dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan
sekeping serpihan pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu
kosong yang tidak ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih
kosong, juga tak ada sedikit pun ukiran tulisan.
Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali
memasuki piramida ini adalah “mengalami perampokan benda-benda dalam makam”.
Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke
piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi
biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak
sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun
yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya
dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida
raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat
berbeda.
Selain itu, dalam catatan “Inventory Stela” yang disimpan di
dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal
sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu
prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat
masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku,
selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam
keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan
tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah
menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang
sebenarnya.
Teknik Bangunan yang Luar Biasa
Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam
ukuran, standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di
antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang
sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja
Menkaure seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa
yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana
sebagian batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam
ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat
kuat. Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara
sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan
pada rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa
mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.
Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu
dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain
mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor
terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di
titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit
menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu
titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu
poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta
buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah
hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal
sampai akhir pada posisi yang tepat.
Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam
karangannya “Sidik Jari Tuhan”: Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu
sisi harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu
demi satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas,
diangkut ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa
yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu
pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang
memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya,
akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau
kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek
raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.
Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat
sebutan sebagai “Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern” memperkirakan bahwa orang
yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam
“pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti
manusia raksasa”. Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu
adalah hasil karya manusia raksasa.
Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada
keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu.
“Manusia tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar
bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya
lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah
batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima
meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar.”
Pemikiran demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan,
bahwa piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang
ditemukan di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama
kepada semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan
susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti
misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun
dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada
sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya
mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil keluarga). Dan di dataran barat
daya Inggris terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa
dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai
6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa
selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya
dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?
Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek
penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73
meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui
bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan
memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu
tahun silam sebelum Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida
raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4
lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala
dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya “Ular Angkasa”, John Washeth
mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah
aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang
lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan
yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan
yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx
sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam “Ilmu Pengetahuan Kudus”
menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya
yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka
manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah
pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti
lalu mengakibatkan bekas erosi.
Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan
angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000
tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi,
dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian.
Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan
batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang
sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno
tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang
terjadi pada Sphinx.
Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi
Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa
erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2
meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan
gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan
angin yang hebat selama ribuan tahun.
Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa
Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas
sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.
Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan
secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah
budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan
batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya
disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi
bangunan yang sempurna.
Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida
raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang
panjang, adalah penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap
Sphinx. Karena bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi
manusia yang tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh
melampaui batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam,
mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang
tidak tampak dari permukaan.
Keterangan gambar: Sphinx yang bertetangga dekat dengan
piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari
badannya, saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami
sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat
berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar